0

Traveloka Team

16 Jan 2020 - 6 min read

[Part 1] Jelajah Nepal 8 Hari: Budaya dan Keindahan Alamnya Juara!

Artikel ini merupakan kontribusi dari pembaca*

Menjadi perantau sekaligus pekerjafull-timedi Jakarta merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi saya. Terlalu sibuk dengan urusan kantor dan hiruk pikuk kota megapolitan ini membuat saya lupa menyempatkan waktu untuk rehat sejenak atau berlibur. Sampai akhirnya di awal tahun 2016, saya bertemu dengan dua teman semasa kuliah yang juga bekerja di Jakarta. Ternyata tak hanya saya, mereka berdua pun mengalami apa yang saya rasakan sebelumnya, bosan dan butuhrecharge.

Kami sepakat akan mengambil cuti di akhir tahun untuk melakukan perjalanan bersama. Bagaimana dengan destinasinya? Pada awalnya, Thailand dan Vietnam sempat menjadi pilihan kami. Namun, kami bertiga ingin destinasi yang berbeda, yang menawarkan pengalaman unik dan kaya akan budaya. Akhirnya, kami memilih Nepal.

Memilih Nepal sebagai destinasi ternyata tak berjalan mulus-mulus saja. Setelah keluarga sempat tak mengizinkan karena Nepal dinilai terlalu asing dan tak banyak dikunjungi, kami juga menemui masalah saat mencari tiket pesawat ke sana. Tiket pesawat dengan harga promo ke Nepal tak banyak tersedia. Sampai akhirnya kami menemukannya di Traveloka denganharga yang lumayan ramah di kantong.

Keputusan pun dibuat, kami berangkat ke Nepal pada tanggal 10 September dan pulang tanggal 17 September. Selama delapan hari, kami menjelajah tiga kota di Nepal, yaitu Kathmandu, Bhaktapur, dan Pokhara. Berikut rangkuman perjalanan kami:

Hari 1

Hasil jepretan keliling Kuala Lumpur International Airport. (Foto: Dok. Pribadi)

Tak ada penerbangan langsung dari Jakarta menuju Kathmandu. Kami harus ambil penerbangan ke Kuala Lumpur terlebih dahulu, baru kemudian melanjutkan perjalanan ke Kathmandu.

Hari pertama banyak kami habiskan di jalan. Penerbangan dari Jakarta ke Kuala Lumpur memakan waktu sekitar dua jam. Jam 09:05 waktu setempat, kami tiba di Kuala Lumpur International Airport. Setelahnya, kami harus menunggu selama lebih dari 9 jam untuk penerbangan ke Nepal. Karena waktu transit yang lama ini, kami putuskan untuk jalan-jalan keliling bandara.

Pemandangan dari dalam pesawat yang membawa kami terbang ke Nepal. (Foto: Dok. Pribadi)

Lepas jam 6 sore, kami terbang ke Kathmandu. Kami menempuh perjalanan udara selama kurang lebih enam jam karena gangguan cuaca. Hal ini membuat kami tiba di Tribhuvan International Airport pada jam 21:30 waktu setempat. Lega sekali kami sudah tiba di dataran Nepal.

Nepal merupakan salah satu negara yang menerima pangajuan Visa on Arrival (VoA) bagi turis berpaspor Indonesia. Kami mengajukan VoA di loket imigrasi bandara dengan membawa berkas lengkap. Untuk mengurus VoA, kamu harus menyiapkan satu lembar foto ukuran 3×4 atau 4×6 dan paspor. Biaya yang harus dikeluarkan sebesar USD 25 untuk waktu kunjungan selama maksimal 14 hari.

Selanjutnya, kami menunggu jemputan dari pihak hotel yang baru datang jam 10 malam. Suasana Kathmandu cenderung sepi, berbeda sekali dengan keadaan Jakarta di jam yang sama. Menurut keterangan sopir, aktivitas kota cenderung sudah berhenti jam 9 malam. Setibanya di hotel, kami bersih-bersih diri lalu bersiap istirahat.

Hari 2

Kami menyempatkan diri berfoto di depan Kuil Swayambunath. (Foto: Dok. Pribadi)

Kami bangun cukup pagi karena tak sabar rasanya ingin segera menjelajah kota. Namun, sebelumnya kami membeli Subscribers Identification Module Card atau yang lebih populer dengan sebutan kartu SIM. Membeli kartu SIM kami nilai penting karena dengan begitu kami bisa mendaftar paket internet. Harga kartu SIM di Nepal lumayan mahal, NPR 2.600 atau sekitar Rp317.200 untuk kuota sebesar 1 GB.

Selesai membeli kartu SIM, kami mulai perjalanan hari ini dengan mengunjungi tiga kuil populer di Kathmandu. Kuil pertama yang kami datangi adalah Kuil Boudhanath. Kuil Buddha ini unik sekali karena bentuknya menyerupai stupa raksasa.

Setiap harinya, Kuil Boudhanath didatangi banyak biksu dan wisatawan. Sebenarnya, saat yang tepat untuk berkunjung ke sini adalah sore hari karena hampir sebagian besar wisatawan sudah pulang. Menjelang petang, para biksu tua setempat akan menyalakan lilin meditasi dan berjalan mengelilingi stupa searah jarum jam.

Selanjutnya, kami mengunjungi Kuil Pashupatinath yang merupakan kuil Hindu. Selain umat Hindu, pengunjung tidak diizinkan memasuki bagian utama kuil. Jadi, kami berkeliling bagian lain dari kuil. Di seberang kuil, mengalir Sungai Bagmati yang dipercaya sebagai sungai suci oleh umat Hindu di Nepal. Sungai ini terhubung dengan Sungai Gangga di India yang juga sama-sama dianggap suci. Di sini, kami juga mendapat tanda merah di dahi yang katanya merupakan pemberkatan bagi kami selama berada di Nepal.

Seharian, saya berkeliling kota dengan tanda merah di dahi yang saya dapatkan dari Kuil Pashupatinath. (Foto: Dok. Pribadi)

Perjalanan berlanjut ke Patan Durbar Square, kompleks bangunan kuno sisa Kerajaan Patan. Hampir semua bangunan di sini memiliki arsitektur Newari yang merupakan arsitektur khas di Kathmandu. Ciri dari arsitektur ini adalah dinding batu bata tak dipoles semen berpadu dengan kayu yang diukir di beberapa bagian.

Selanjutnya, kami mengunjungi Kuil Swayambunath, kuil Buddha yang berada di dataran tinggi Kathmandu. Kami harus naik 365 anak tangga untuk bisa mencapai bangunan kuil. Dari atas, kami bisa melihat pemandangan kota Kathmandu dan sekitarnya. Udara di sini terasa lebih sejuk dibanding tempat-tempat yang kami kunjungi sebelumnya.

Hari 3

Hari ini, kami melakukan perjalanan ke Bhaktapur, kota yang terletak sekitar 15 km di sebelah timur Kathmandu. Kami menyewa mobil plus sopir yang disediakan oleh pihak hotel. Tak seperti kemarin, hari ini kami ingin mengunjungi dua tempat saja, yaitu Kuil Changu Narayan dan Bhaktapur Durbar Square.

Pengrajin batu ukir di luar Changu Narayan. (Foto: Dok. Pribadi)

Changu Narayan adalah salah satu kuil Hindu kuno yang terletak di dataran tinggi dengan suasana sekitar yang sangat tenang. Suasana sekitar yang membuat nyaman dipadukan arsitektur kuno pada setiap bangunan menjadikan kuil ini sebagai tempat yang cocok untuk meditasi. Sebagai tambahan informasi, kuil ini kebetulan baru dibuka setelah direnovasi akibat bencana gempa di Nepal tahun 2015 lalu.

Salah satu kuil di Patan Durbar Square yang masih direnovasi setelah terkena gempa tahun 2015. (Foto: Dok. Pribadi)

Dari Kuil Changu Narayan, kami beranjak ke Bhaktapur Durbar Square. Tak jauh berbeda dengan Patan Durbar Square, di kompleks ini juga terdapat banyak bangunan kuno peninggalan zaman kerajaan Bhaktapur. Sedikitnya, terdapat 24 perkampungan warga di sekitar kompleks ini. Kehidupan warga yang terkesan sangat damai menjadi satu hal menarik bagi saya pribadi. Anak-anak berangkat sekolah bersama teman-temannya dengan berjalan kaki. Saat pulang, sebagian dijemput oleh orang tua masing-masing, juga dengan berjalan kaki.

Hari 4

Hari ini adalah hari yang kami nanti-nanti. Kami akan melakukan kegiatan ekstrem, yaknibungee jumping. Tak sabar rasanya untuk segera menguji nyali kami di sini. Kegiatanbungee jumpingdi Nepal termasuk salah satu yang terkenal di dunia.

Jam 5 pagi, kami berangkat dari kantor The Last Resort di Thamel Road yang merupakan resor penyelenggara kegiatanbungee jumping. Butuh waktu sekitar lima jam untuk bisa mencapai lokasibungee jumpingdi atas Sungai Bhote Koshi. Kami bergabung dengan wisatawan dari negara lain menumpang mobil Jeep. Kami merasa tegang sekaligus antusias, ini membuat perjalanan terasa lebih lama.

Jembatan tempat kami melakukan bungee jumping. (Foto: Dok. Pribadi)

Tiba di lokasi, kami langsung menuju ke jembatan Koshi yang menggantung 160 meter di atas Sungai Koshi. Ketegangan semakin bertambah karena jembatan terus bergoyang setiap kali ada orang yang berjalan di atasnya, tapi hal ini tidak menyurutkan niat kami untuk melakukanbungee jumping.

Karena kegiatan ini terbilang ekstrem, kami tak boleh asal-asalan mendengarkanbriefingdari panitia. Selanjutnya sambil menunggu giliran melompat, kami tak hentinya dibuat kagum oleh pemandangan sekitar. Dari sini, kami bisa melihat Sungai Bhote Koshi yang mengalir sekaligus membelah hutan dan pegunungan di Nepal.

Pemandangan Sungai Koshi dari atas jembatan. (Foto: Dok. Pribadi)

Giliran saya tiba untuk melompat. Tegang sekaligus antusias, saya benar-benar melompat di hitungan ketiga.Whuuuuuzzzzzzz! Saya terbang dan pada awalnya, pemandangan sekitar seakan serba terbalik. Semuanya berlangsung serba cepat sampai kemudian saya ditarik kembali ke atas. Ini benar-benar salah satu pengalaman tak terlupakan dalam hidup saya.

Begitu semua anggota rombongan selesai melompat, kami menikmati makan siang bersama. Hampir semua orang masih terlihat antusias, mereka menceritakan lompatan yang baru saja dilakukan. Selesai makan siang, kami bertukar nomor telepon dan kembali ke hotel untuk beristirahat.

Petualangan kami belum selesai, simak kelanjutannya disini.

Artikel ini ditulis berdasarkan cerita perjalanan Tommy Prayogo bersama dua orang temannya ke Nepal selama delapan hari. Tommy bisa dihubungi diFacebookdanInstagrampribadinya.

Temukan hotel terbaik di Nepal dengan klik disini.

Baca juga[Part 2] Jelajah Nepal 8 Hari: Budaya dan Keindahan Alamnya Juara!
-

Nikmati rangkuman perjalanan Tommy dan kawan-kawan dalam video di bawah ini:

Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan