0

Traveloka Team

09 Jan 2020 - 9 min read

12 Tempat Wisata di Cirebon Ini Kaya Alam dan Budaya

Dikenal sebagai kotanya para Wali, Cirebon memiliki banyak tempat wisata bersejarah yang tersebar di setiap sudut wilayahnya. Keraton-keraton yang masih berdiri megah dan gua-gua bekas peninggalan sejarah menjadi saksi bisu terbentuknya kota di pesisir utara Pulau Jawa ini.

Sama seperti wisata sejarah yang harus dieksplorasi, kuliner khas berupa empal gentong, nasi jamblang, dan tahu gejrot, wajib dicicipi ketika sedang berada di Kota Udang ini. Tak jarang para wisatawan menjadikan makanan khas ini sebagai oleh-oleh.

Daya tarik Cirebon nyatanya bukan hanya itu. Ada banyak tempat menarik lainnya yang bisa dikunjungi para wisatawan. Penasaran dengan tempat wisata apa saja yang dimiliki Cirebon? Yuk, kita telusuri bersama-sama!

Gua Sunyaragi

Gua Sunyaragi (Sumber: Wikimedia)

Arsitektur unik Gua Sunyaragi (Sumber: Tripadvisor)

Berkunjung ke Cirebon rasanya kurang lengkap bila tidak datang ke Gua Sunyaragi. Gua ini merupakan bangunan peninggalan bersejarah dari Kasepuhan Cirebon dan merupakan tempat meditasi dan peristirahatan para sultan Cirebon dan keluarganya pada zaman dulu.

Tidak seperti kebanyakan gua yang berada di lembah atau pegunungan, gua ini berdiri di lahan luas dan terbuat dari tumpukan batu karang berwarna putih yang menyerupai candi. Saat memasuki kawasan objek wisata ini, terdapat bangunan baru menyerupai panggung yang dilengkapi deretan bangku. Sekarang ini, Gua Sunyarangi sering digunakan sebagai tempat pertunjukan seni tari tradisional Cirebon.

Di sini, saya juga menemukan beberapa tempat bekas kolam serta banyak ruangan bersekat. Spot terbaik di sini adalah adalah tanah undakan yang memungkinkan kamu melihat keindahan gua ini dari atas.

Keraton Kasepuhan

Keraton Kasepuhan (Sumber: Dok. Pribadi)

Berbeda dengan Yogyakarta dan Solo, Cirebon memiliki empat keraton yang terdiri dari Keraton Kasepuhan, Kanoman, Kaprobanan, dan Kacirebonan, yang kini menjadi salah satu tempat wisata paling populer, sekaligus tertua dan terluas di sana.

Keraton Kasepuhan dikelilingi oleh tembok pagar yang terbuat dari bata merah. Melihat bangunannya, saya merasa seperti sedang berada di zaman Kerajaan Majapahit atau Jawa Kuno. Halamannya juga cukup luas, dilengkapi dengan beberapa pendopo bertegel semen. Sayangnya, saya tidak diizinkan masuk ke bangunan utama keraton. Saya hanya bisa mengagumi arsitekturnya yang unik dan masih terawat dengan baik dari luar sembari berfoto-foto.

Selain bangunan utama, Keraton Kesepuhan memiliki Museum Benda Kuno yang memamerkan benda-benda peninggalan kesultanan, seperti rebana peninggalan Sultan Kali Jaga, piring-piring berkaligrafi Arab, gelas-gelas dari zaman VOC, dan aneka peninggalan benda kuno lainnya.

Tepat di seberang Museum Benda Kuno, terdapat Museum Kereta Singa Barong dengan pintu masuk kayu yang tinggi. Penyebutan museum ini diambil dari nama kereta Panembahan Losari, cucu Sunan Gunung Jati, yang dibuat pada 1549. Selain kereta, ada juga beragam peninggalan sejarah lainnya di museum ini.

Jika kamu berencana berwisata ke Keraton Kasepuhan, setiap pengunjung akan dikenakan tiket masuk sebesar Rp20.000. Siapkan pula uang kecil seikhlasnya untuk sumbangan kebersihan bagi pekerja pembersih museum. Berkat mereka, kebersihan berbagai benda kuno tetap terjaga dengan baik, sehingga kamu akan merasa nyaman saat berada di sana.

KeratonKanoman

Keraton Kanoman (Sumber: Dok. Pribadi)

Puas berkeliling Keraton Kasepuhan, saya beranjak ke Keraton Kanoman dengan berjalan kaki. Jarak antara kedua keraton ini tidak terlalu jauh, hanya 1 km dan bisa ditempuh dalam waktu tempuh 12 menit. Langkah kaki saya sedikit melambat ketika melalui sebuah pasar bernama Pasar Kanoman. Saya mengamati sebentar bentuk bangunan pasar dan aktivitas para pedagang kaki lima (PKL) pembeli yang sibuk melakukan tawar-menawar harga dengan pembeli. Melanjutkan perjalanan sekitar 350 m dari pasar, akhirnya saya tiba di Keraton Kanoman.

Sebuah alun-alun luas berpagar tembok putih tinggi akhirnya menyambut kedatangan saya. Tak jauh dari situ, terlihat sebuah masjid, museum, dan beberapa bangunan lain yang tampak masih cukup terawat dengan baik. Yang paling menarik di sini adalah adanya sebuah ruangan bekas singgasana raja. Saat masuk ke keraton, ada sebuah dipan polos yang digunakan untuk menyemayamkan jenazah anggota keluarga keraton. Selain itu, saya juga kagum melihat piring-piring porselen asli Tiongkok yang menjadi penghias dinding ruangan bekas singgasana raja.

Di area teras ruangan bekas singgsana raja, meja rias kuno, tirai berwarna emas, hingga kursi dan meja yang disusun berhadapan masih dibiarkan terpasang dengan rapi. Selain itu, ada pula sebuah tempat bertapa dan taman batu karang yang berada di bagian belakang keraton. Bagi yang berencana ke Keraton Kanoman, berwisata ke sini bisa kamu nikmati secara gratis. Saya sarankan kamu sebaiknya menyewa seorang pemandu tur karena Keraton Kanoman tak memiliki petunjuk informasi yang memadai untuk wisatawan.

Keraton Kacirebonan

Keraton Kacirebonan (Sumber: Dok. Pribadi)

Area Keraton Kacirebonan ini tak terlalu luas dibanding Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman, namun menurut saya memiliki keunggulan dari sisi akses bagi wisatawan. Keraton ini berada di pinggir jalan raya, sehingga memudahkan siapa saja untuk ke sini.

Setelah membayar uang masuk sebesar Rp15.000, seorang petugas keraton mengantar saya mengunjungi bangunan utama keraton. Bangunan ini memiliki pendopo terbuka yang sangat luas dan disanggah oleh tiang-tiang kayu. Menurut petugas keraton, pendopo ini biasa digunakan raja untuk menyambut tamu. Beberapa meja dan kursi tampak tersusun rapi saling berhadapan. Foto-foto para anggota keraton terdahulu juga terpasang di dinding-dinding bangunan, sehingga kamu bisa dengan mudah mengenali siapa saja mereka.

Di dalam keraton, ada banyak koleksi benda-benda bersejarah, mulai dari gamelan kuno, topeng, koleksi batik, uang koin dan kertas kuno, hingga koleksi pedang milik sultan. Koleksi-koleksi tersebut sebaiknya jangan disentuh, cukup dikagumi dan difoto sebagai kenang-kenangan. Oh ya, Keraton Kacirebonan juga memiliki sebuah museum kecil yang berada di sisi kiri bangunan utama keraton. Jadi, jangan lewatkan kesempatan untuk mampir, ya.

Masjid Merah

Masjid Merah (Sumber: Dok. Pribadi)

Masjid Merah Panjunan juga termasuk salah satu tempat wisata di Cirebon yang cukup populer. Warna merah bata yang mendominasi masjid inilah yang menarik rasa penasaran saya. Maklum saja, tampilan masjid ini sangat berbeda dengan kebanyakan masjid yang saya temui, karena tidak memiliki kubah dan menara.

Masjid Merah Panjunan terletak di area permukiman penduduk, tepatnya di Kampung Panjunan. Memasuki masjid, ternyata bangunan ini tidak memiliki dinding, sehingga lebih mirip seperti pendopo Jawa. Masjid ini juga tak terlalu luas dan memiliki langit-langit yang rendah dengan hanya ditopang oleh tiang kayu.

Menariknya lagi, tidak ada kaligrafi Arab yang menghiasi masjid ini, kecuali tulisan kalimat syahadat di atas pintu kecil, tepatnya di depan tempat imam masjid. Sebaliknya, piring-piring porselen dengan beraneka ragam motif menjadi penghias dinding, membuat masjid ini semakin terlihat unik.

Vihara Dewi Welas Asih

Vihara Dewi Welas Asih (Sumber: Dok. Pribadi)

Selain Islam, Cirebon juga memiliki warisan budaya Tionghoa, yaitu Wihara Dewi Welas Asih yang hingga kini masih digunakan untuk tempat peribadatan kaum Tionghoa. Klenteng tua berusia ratusan tahun ini masih berdiri kokoh di Jalan Kantor No 2, tepatnya di seberang Gedung BAT.

Warna merah dan emas mendominasi klenteng. Bangunan ini juga memiliki nuansa Hindu Bali yang dipadukan dengan arsitektur China seperti ukiran di pilar-pilar klenteng dan ornamen naga di bagian utama atap. Saya tidak masuk ke klenteng karena ingin menghormati pengunjung yang sedang beribadah. Tapi dari luar, saya melihat banyak sesajen dan dupa diletakkan di depan altar sebagai bagian dari tradisi sembahyang.

Kampung Batik Trusmi

Seperti Jogja, Solo, dan Pekalongan, Cirebon juga menjadi salah satu kota sentra batik di Pulau Jawa. Oleh karena itu, kurang lengkap rasanya kalau tidak singgah ke Kampung Trusmi untuk berburu batik Cirebon.

Ada gapura besar yang menjadi pintu masuk kampung batik ini. Bila kamu memiliki banyak waktu, sempatkanlah menyusuri Kampung Trusmi dengan berjalan kaki. Di sepanjang jalan, kamu akan melihat rumah-rumah penduduk yang menjual batik dan menawarkan pengalaman membatik. Jangan ragu untuk masuk ke setiap rumah, karena batik yang ditawarkan memiliki motif dan warna yang tidak pasaran dikarenakan dibuat sendiri oleh pemilik rumah.

Di Kampung Batik Trusmi, kamu juga akan menemui sebuahoutletbesar yang menawarkan berbagai jenis kerajinan batik, mulai dari kain batik, baju batik, kerajinan tangan, hingga oleh-oleh khas Cirebon.Outletini cocok sekali untuk kamu yang tak memiliki banyak waktu karena bisa melengkapi kebutuhanmu dalam satu tempat.

Gedung BAT

Gedung BAT (Sumber: Dok. Pribadi)

Tempat wisata di Cirebon yang tak kalah menarik adalah Gedung BAT (British American Tabacco). Gedung BAT adalah pabrik rokok yang memproduksi rokok putih terkenal di dunia, yaitu merek 555, Ardath. Hingga kini, gedung yang terletak di Jalan Pasukaten ini masih berdiri kokoh. Menyusuri keindahan bangunan tua ini akan menjadi aktivitas wisata yang menyenangkan.

Meskipun kini Gedung BAT sudah tidak lagi digunakan untuk memproduksi rokok, keindahan dan kemewahan arsitektur bangunan yang klasik membuat gedung ini tetap menjadispotberfoto favorit anak-anak muda. Bahkan, area depan Gedung BAT ‘disulap’ menjadi pusat kuliner di malam hari. Daripada penasaran, mendingan langsung kunjungi tempat ini saja!

Pemandian Cibulan

Pemandian Cibulan (Sumber: Dok. Pribadi)

Bermain air di kolam renang mungkin terdengar biasa, tapi bagaimana rasanya jika berenang bersama ikan-ikan “keramat”? Jika kamu penasaran, pastikan untuk singgah di Kolam Pemandian Cibulan yang terletak di Desa Manis Kidul, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan. Meskipun jaraknya cukup jauh dari Kota Cirebon, dijamin kamu tak akan rugi mengunjungi tempat wisata yang satu ini.

Kolam Pemandian Cibulan memiliki dua kolam besar berbentuk persegi panjang dengan kedalaman yang berbeda-beda. Kolam pertama memiliki kedalaman dua meter dan kolam kedua hanya berkedalaman sekitar 1,2 meter. Uniknya, kedua kolam ini diisi oleh ratusan ikan dewa yang dianggap suci oleh masyarakat sekitar. Masyarakat percaya bahwa ikan dewa merupakan para prajurit Prabu Siliwangi yang dikutuk karena membangkang.

Di sini, ikan dewa berenang dengan bebas bersama para pengunjung. Tak perlu takut karena ikan dewa tidak akan menggigit atau menyakiti kamu. Karena waktu yang singkat, saya mencoba berenang dan memilih untuk berfoto bersama ikan dewa yang dipegang oleh sang pawang. Cukup berikan uang seikhlasnya untuk bisa berfoto dengan ikan dewa.

Gedung Perundingan Linggarjati

Gedung Linggarjati (Sumber: Dok. Pribadi)

Selagi masih di Kuningan, saya melanjutkan perjalanan ke Gedung Perundingan Linggarjati. Rumah tua bergaya kolonial Belanda ini merupakan saksi perjuangan diplomatik para pendiri bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan dari Belanda. Peristiwa tersebut kemudian kita kenal dengan nama Perjanjian Linggarjati.

Saya diharuskan membayar tiket masuk sebesar Rp3.000. Ketika masuk ke museum, sebuah ruangan utama tempat perundingan langsung menyambut saya. Beberapa peninggalan sejarah seperti meja perundingan, berbagai foto hitam putih, hingga hasil naskah Perjanjian Linggarjati juga bisa saya lihat dari dekat. Semua peninggalan sejarah tersebut masih terjaga dengan baik keasliannya.

Gedung Perjanjian Linggarjati terletak di kawasan kaki Gunung Ciremai, tepatnya di Desa Linggarjati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan. Meskipun berbentuk rumah tua, bagian belakang Gedung Perjanjian Linggarjati memiliki halaman yang luas dipenuhi pepohonan rindang. Saya betah berlama-lama di sini karena udara yang sejuk. Jadi, bagi kamu yang menyukai wisata berlatar belakang sejarah, pastikan mampir ke sini.

Pantai Kejawanan

Sunset di Pantai Kejawanan (Sumber: Shutterstock)

Sebagai daerah pesisir, Cirebon memiliki destinasi wisata berupa pantai. Salah satunya, Pantai Kejawanan yang terkenal landai dan berombak kecil. Untuk menikmati keindahan pantai ini, tarif masuk Pantai Kejawanan sangat murah, hanya Rp1.000 per orang. Saya hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai ke pantai ini dari pusat kota.

Di pantai ini, kamu bisa melakukan berbagai aktivitas, seperti berwisata keliling pantai dengan menyewa perahu motor milik nelayan, bermain air, hingga duduk-duduk santai sambil minum air kelapa di pinggir pantai. Oh ya, pantai ini juga menawarkan pemandangansunrisedengan posisi terbaik, yaitu tepat di tengah-tengah laut.

Curug Putri

Curug Putri (Sumber: Dok. Pribadi)

Terletak di kaki Gunung Ciremai membuat Kuningan punya banyak curug yang indah. Salah satunya adalah Curug Putri yang berada di area Bumi Perkemahan Palutungan. Curug ini memiliki air yang jernih dan segar. Kamu bisa bermain air dan menikmati semburan air deras di sini. Bila sedang berada di Kuningan, gunakan waktu liburanmu untuk menikmati pemandangan alam yang indah.

Ketika tiba di kawasan Bumi Perkemahan Palutungan, hutan pohon pinus yang rindang menyambut kedatangan saya. Namun, untuk sampai di curug, saya harus menyusuri jalan bebatuan dengan berjalan kaki selama 10 menit. Suasana sejuk, tenang, dan bersih membuat saya relaks.

Itulah beberapa tempat wisata terkenal di Cirebon yang banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara. Kamu bisa menggunakan kereta api sebagai moda transportasi yang paling mudah untuk mengakses Cirebon. Persiapkan barang-barangmu dan selamat liburan!

Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan